23 Juli, 2009

Bom di JW Marriott dan Ritz-Carlton

Genap seminggu teror bom yang meledakkan restoran Syailendra di hotel JW Marriott dan restoran Erlangga di hotel Ritz-Carlton, Jakarta.

Tidak seperti teror bom pada umumnya yang berusaha tampil spektakuler, aksi kali ini terbilang kecil-kecilan, tampak seperti perang antar geng di Amerika Latin atau antar mafia di Amerika Serikat. Korban meninggal 9 orang dan luka-luka sekitar 53 orang, tidak sebesar pada kecelakaan kendaraan umum - bus masuk jurang atau kapal tenggelam, misalnya. Tetapi kalau yang namanya kecelakaan, meskipun mungkin disebabkan keteledoran manusia, jatuhnya korban sebenarnya tidak diharapkan. Dalam terorisme jatuhnya korban justru menjadi tujuan. Yang lebih menyedihkan, teroris melakukannya hanya demi kesenangan saja, atau seperti cult (kepercayaan) kuno - mengorbankan nyawa manusia untuk menyenangkan dewa-dewa yang dipujanya.

Kalau sasaran dan pemilihan lokasinya masih sama. Korban pada umumnya adalah non-combatant - lansia, wanita dan anak-anak. Sedang lokasinya adalah tempat umum dimana orang merasa aman dan rileks seperti, tempat wisata, restoran, pasar, perkantoran, sekolahan, rumah sakit, bahkan rumah ibadah.

Selain menimbulkan ketakutan dan perasaan tidak aman rakyat indonesia, terutama yang tinggal dikota-kota besar, sedikit banyak aksi keji yang disebut Prabowo sebagai "tindakan biadab" atau "kejahatan kemanusiaan" (Megawati) ini akan mempengaruhi perekonomian Indonesia, yang dampaknya akan ditanggung seluruh lapisan masyarakat.

Tapi banyak juga masyarakat yang tidak merasa terganggu, dan malah menganggapnya sebagai sebuah 'wisata'. Seperti yang diceritakan oleh Inggried Dwi Wedhaswary, wartawan KOMPAS.com. Seorang gadis cilik yang diajak kedua orangtuanya mengunjungi lokasi ledakan bertanya "Ma, kapan ada bomnya lagi?" Sang ibu menjawab "Ah, mana mama tau." Kemudian mereka berfoto dengan latar belakang sisa-sisa ledakan. Dialog yang sangat memilukan hati. Banyak orang yang senang menonton bencana. Tapi mengharapkannya terjadi lagi?

Dalam jumpa pers di Istana Presiden beberapa saat setelah kejadian, presiden Susilo Bambang Yudoyono yang tampak sangat sedih dan marah menyatakan "Saya bersumpah, demi masyarakat Indonesia yang saya cintai, negara dan pemerintah akan melakukan tindakan tegas, tepat, dan benar. Penegak hukum harus bisa mencari, menangkap dan mengadili para pelaku, penggerak dan otak di belakang aksi kekerasan ini"

Hati saya bergetar, dan berharap, bapak presiden serta seluruh aparat terkait, konsisten dengan pernyataan emosional itu, demi kebaikan seluruh masyarakat Indonesia. Saya juga berharap dan memohon agar pak SBY juga bersikap serupa terhadap para pelaku Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, yang telah menggerogoti sumber-daya alam dan manusia Indonesia, menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan menyengsarakan sebagian besar rakyat Indonesia. Meskipun pada pemilu kemarin saya tidak memilih bapak, dengan tulus saya mendoakan agar bapak diberi kesehatan dan kekuatan untuk mengomandani tugas-tugas mulia tersebut diatas.

Tidak ada komentar: